Orangtua akan
memberikan yang terbaik untuk buah hati tercinta bukan sekadar dongeng semata.
Ada banyak kisah perjuangan orangtua yang rela menempuh badai kehidupan demi
menjanjikan masa depan lebih baik untuk anak-anak. Kasih tulus seorang ayah
yang rela bekerja ditengah terik matahari wajib menjadi contoh semua orang agar
tidak menyerah.
Namun, tidak
semua jalan hidup yang ditempuh mulus sebab ada terjal yang harus dilewati. Di
tengah kecanggihan teknologi yang membuat kaum Milenial lebih suka transportasi
online, masih ada orang-orang yang bekerja secara konvensional. Tukang becak
menjadi profesi yang terpinggirkan, namun tetap dilakukan golongan bawah demi
mencari nafkah. Kisah Pak Ngadino bisa menjadi pelajaran bagi semua orang untuk
berpikir dingin sebelum bertindak. Sosoknya sempat viral setelah alami
penganiayaan tanpa bukti yang jelas di Museum Keris Sriwedari Solo.
Siapa sosok Pak Ngadino?
Pak Ngadino
merupakan seorang pengayuh becak yang tinggal di Telukan, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo. Ia sempat viral karena mengalami penganiayaan yang
dilakukan oleh tiga oknum sekuriti di Museum Keris Sriwedari Solo pada 17 April
2020 lalu.
Kejadian yang
menimpa Pak Ngadino memang menjadi sorotan banyak pihak. Oknum satpam yang main
hakim sendiri mendapatkan teguran dan sanksi keras sebab melakukan tindakan
anarkis tanpa melalui prosedur. Meskipun Pak Ngadino memang sering numpang
buang air di museum, ia memang lewat pagar belakang museum sehingga diteriaki
maling. Hal yang cukup disayangkan mengingat Pak Ngadino sudah dikenali sebagai
tukang becak yang biasa mangkal di kawasan tersebut.
Kisah Pak
Ngadino yang terluka karena main hakim sendiri tanpa introgasi memang menjadi
hal yang sayang disayangkan. Niat hati untuk mencari sedikit nafkah di tengah
persaingan ketat kota Solo dan sekitarnya malah mendapatkan hal yang tidak
mengenakkan. Berasal dari keluarga kurang mampu, Pak Ngadino yang telah berusia
62 tahun masih harus mengayuh becak pancal. Ia sudah melakoni pekerjaan sebagai
tukang becak sejak tahun 1982 di kawasan sekitar Museum Keris, Solo.
Pak Ngadino
sudah dibebaskan kepolisian dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah. Mari
ringankan jalan Pak Ngadino mendapatkan kehidupan lebih layak lewat tangan kita
yang menjadi perantara Tuhan. Di usia yang sudah tua, Pak Ngadino yang telah
lama ditinggal sang istri berpulang, bisa mendapatkan kehidupan lebih baik
tanpa harus mengayuh becak pancal menempuh teriknya kota Solo.
Kebaikan untuk Pak Ngadino
Melihat kisah
viral Pak Ngadino, kita bisa mungkin memberikan bantuan sosial lewat campaign #AwaliDenganKebaikan dari Allianz. Kita bisa memulai
inspirasi kebaikan dengan memberikan seberkah kebaikan untuk orang lain. Pak
Ngadino mungkin cerminan masyarakat golongan bawah yang berusaha mencari nafkah
di tengah kehidupan kota yang keras, namun mengalami nasib naas.
Ikuti program
asuransi syariah Indonesia yang memberikan sumbangsih kepada
orang-orang baik. Sumbangsih dana sosial yang bisa diberikan untuk pengobatan
dan meringankan beban hidup Pak Ngadino. Tak hanya sumbangsih dana sosial saja,
ada pula fitur wakaf dari Allianz Syariah yang menjadi sarana mendonasikan
sebagian dana untuk program sosial. Berbuat baik harus dimulai sejak dini agar
berkah kebaikan kembali pada diri sendiri.
Allianz
Syariah merupakan wujud proteksi diri Anda dan keluarga agar bisa memiliki
kehidupan yang lebih baik. Jaminan masa tua yang lebih bahagia dari berbagai
risiko kehidupan yang mungkin terjadi. Iuran bulanan produk asuransi syariah turut membantu saudara atau orang-orang yang
memerlukan bantuan sosial. Membantu sesama umat muslim yang kesusahan sudah
menjadi kewajiban kita semua, bukan?
0 komentar:
Posting Komentar